Bingung mau ngasih judul apa

Semalam aku sempat melihat lagi buku yang sudah lama tak kulihat, salah satu buku favoritku karangan bang tere liye yang berjudul "sepotong hati yang baru" sejak buku itu selesai aku tamatkan, buku itu selalu berpindah tangan dari tangan satu teman ke tangan teman yang lainnya, sepertinya semua orang terhipnotis dengan judul buku tersebut sehingga ingin membacanya, Semalam seorang junior ku yang ku panggil dengan sebutan "jun" memasang poto buku tersebut menjadi poto kontak BBM nya, karna melihat buku itu lah aku jadi ingin menulis tentang sepotong hati yang baru,
oke lanjut ke buku tadi, sungguh dari judulnya saja sedikit banyak telah memberikanku sebuah inspirasi untuk membuat postingan ini.. Judul yang sederhana, tapi memberikan pemahaman baru tentang sebuah "kebangkitan" dan "semangat baru". Sepotong hati yang baru, yang semoga bisa menyembuhkan sepotong hati yang lalu yang sempat rusak ataupun sakit karena pemahaman yang salah akan mendefinisikan rasa yang diterjemahkan hati

"Sepotong hati yang baru, separuh perasaan yang menggema, asing tak biasa, namun luar biasa". 

Luka-luka yang sekian lama telah menjalari sebagian besar pertahanan tubuhku, sempat kembali menganga, mengeluarkan darah segar berwarna merah pucat. Lagi-lagi meluluh lantahkan, tak kuasa apapun yang kujadikan tameng namun itu semua tetap menembus luka itu, menyakitkan, sekali.. 

Masih haruskah bertahan dalam diam, kebisuan, dan tindak-tanduk tak bermakna? menikmati setiap getiran rasa sakit yang akan tetap menyakitkan jika dibiarkan berlarut-larut. Cepat atau lambat luka itu benar-benar akan membusuk. Tidak, tidak seperti yang kau bayangkan. Tak seseram seperti apa yang ada dalam imaji hebatmu, ini sederhana, namun tetaplah yang namanya luka akan tetap menjadi sesuatu yang menyakitkan dan mengalami pembusukan jika dibiarkan terbuka, menganga, tanpa sebuah pengobatan. 

Kini masih kurasakan. Luka disela-sela hatiku itu masih ada. Traumatik berkepanjangan, rasa bersalah, kasih sayang yang tersisa, dan harapan yang membumbung tinggi. Berkecamuk menjadi satu, menjadi bagian keseharian yang tak pernah lepas dari setiap pergerakan. Tersiksa, telah menjadi barang pasti, telah menjadi ketentuan yang tergaris, dan tak bisa digubris. 

Lantas? bolehkan 'aku' ditimang-timang oleh penderitaan itu? lalu aku biarkan semua rasa sakit itu menyerangku dan mengkerdilkan posisiku sebagai manusia yang seharusnya dapat menguasai rasa? jika iya, bahkan mungkin 'aku' lantas mempercundangi diriku sendiri dengan menyerahkan secara 'cuma-cuma' perasaan yang harusnya ku jaga kehormatannya, dan kulindungi keistimewaannya..

mungkin puisi yang ku tulis di bawah dapat menjawab tulisan yang ku buat di atas,

Dan di tengah memori yang berputar
Telingaku mendengar selentingan
Untuk apa aku memikirkanmu
Bahkan namaku pun tak ada lagi dalam ingatanmu
Kamu bahkan telah bahagia bersama yang lain
Akupun begitu seperti memulai kisah baru
Dengan orang yang sedang menyusun pecahan kecil hatiku
Senyummu telah diganti dengan senyuman tulusnya
Biarlah kisah lama tersimpan rapi dalam sebuah kotak
Dan kini Tuhan sedang menuliskan kisah baru untukku
Dia yang sedang menggenggam tanganku
Adalah sepotong hati yang baru untukku

0 komentar:

Posting Komentar