Males ngetik, jadi ngopas

Hai masbro, mbakbro...
Udah lama rasanya gue nggak ngepost ke blog ini, akhir2 ini lagi sibuk kerja dan nonton piala dunia soalnya, hehehe, dan kali ini gue nggk tau mau ngepost apa,  tapi rasanya pengen ngepost,
dan setelah di gue pikir-pikir kayaknya gue kali ini bakalan ngopas kata-kata salah seorang penulis novel yang bernama "Tere Liye"
dan berhubung sekarang gue lagi puasa jadi kurang tenaga buat ngetik panjang-panjang.
selamat membaca, cekibrot..!!!


Jika kita mencari seseorang yang sempurna, maka sampai kiamat, kita tidak akan memperolehnya.
Lebih baik fokus kepada: apakah seseorang itu mau terus memperbaiki dirinya, dan bisa memberikan bukti kongkret dia memang melakukannya.

*Tere Liye




“Itu benar, terkadang bagi pasangan yang saling mencintai, kepergian salah satunya bisa berarti kehilangan separuh jiwa—termasuk kehilangan separuh kesegaran fisik.”

--Tere Liye, novel "Ayahku bukan Pembohong".




Sebagian berubah karena terpaksa.

Sebagian lagi berubah setelah membayar mahal dgn bnyk kesedihan.

Sebagian lagi berubah setelah penuh penyesalan dan airmata.

Maka orang2 yg beruntung adalah yg berubah cukup dgn belajar dari pengalaman orang lain. Dari bacaan, nasehat, mengamati. Sebelum terlanjur.

*Tere Liye




Bapak, Ibu, kalau kalian hendak mencari calon menantu, maka jauh lebih baik memilih anak muda rumahan yang rajin membantu pekerjaan rumah, pandai ngepel, nyuci, nyetrika, dibandingkan yang hanya mejeng sana-sini, kelayapan, tebar pesona, dsbgnya.

*Tere Liye



“Ah, cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri.”

--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"



Orang yang memang cinta dengan kalian itu: bilang cintanya susah payah, gemetaran, nervous, tapi saat melamar ke orang tua, dia gagah berani datang.

Nah, sebaliknya, orang yang cintanya gombal kepada kalian, cuma buat main2 itu: bilang cintanya mudah sekali; tapi saat disuruh melamar, susah payah, banyak alasan, bahkan "tidak pernah berani".

*Tere Liye


Jika diibaratkan benda, maka kesetiaan adalah salah-satu benda paling mahal sedunia. 

Well, kalau kita sudah tahu itu benda mahal, maka bagaimana kita tetap berharap memperolehnya dari orang2 'murahan' di sekitar kita? Yang ada hanya kesetian palsu alias KW2 saja.

*Tere Liye



Lepaskanlah, maka semoga yang lebih baik akan datang.
Lepaskanlah, maka semoga suasana hati akan lebih ringan. 

*Tere Liye



“Tidak ada yang kebetulan di muka bumi. Semua adalah skenario Tuhan, pemilik rencana paling sempurna. Dengan meyakini semua adalah skenario dari Tuhan, kita bisa menerima kejadian apapun dengan lapang dada sambil terus memperbaiki diri, agar tibalah skenario yang lebih baik lagi.”

*Tere Liye


Lebih baik jomblo daripada mengikatkan diri dalam hubungan yang cuma buat seru-seruan.

*Tere Liye



Kita tidak berhenti menyayangi dan peduli kepada seseorang hanya karena kita sedang bertengkar, marah atau benci padanya. Tidak.

*Tere Liye


“Kadang kita rindu tapi juga takut dengan kemungkinan sebuah pertemuan, bukan?” 

-- "Moga Bunda Disayang Allah", Tere Liye.



"Rasa sakit hati itu indah. Setidaknya patah hati memberikan sensasi bahwa kita memang masih hidup. Hanya batu atau kerikil yang tidak sakit hati."

*Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya" dan "Sepotong Hati yang Baru"



Tenang saja, ketika sesuatu yang kita anggap baik berakhir, ketika kita kehilangan seseorang yang kita nilai spesial, ketika sebuah kesempatan emas hilang maka, tenang saja, akan datang sesuatu pengganti yang lebih baik, seseorang yang lebih istimewa, pun kesempatan emas lainnya.

Pastikan saja syaratnya dipenuhi: bersabar.

Bagi orang2 bersabar, selalu datang hal-hal baik sebagai pengganti hal-hal sebelumnya.

*Tere Liye



“Buat apa kau memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain, buat apa kau mencemaskan apa yang akan dinilai oleh orang lain?”

— Tere liye, novel "Bidadari2 Surga"



“Kau tidak bisa membiarkan perasaan itu tumbuh tidak terkendali. Karena sekali tumbuh, maka tunas-tunas perasaanmu tak bisa kau pangkas lagi. Semakin kau potong, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daunnya semakin banyak.”

--Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"



"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana."

*Tere Liye, novel "daun yang jatuh tak pernah membenci angin",


Jangan susah payah menjelaskan ke orang yang memang tidak mau mendengar penjelasan. Walau terbentang bukti dan penjelasan yang sangat masuk akal, dia tetap tidak percaya.
Dijelaskan atau tidak dijelaskan, sama saja. Maka, lebih baik fokus mengurus hal lain. Ini salah-satu rumus (dari 10 rumus) bahagia.

*Tere Liye



Terkadang, kita menjadikan seseorang/sesuatu prioritas utama kita, tapi sebenarnya seseorang/sesuatu tersebut hanya menjadikan kita alternatif pilihan saja.
Terkadang, kita sibuk memikirkan orang lain, tapi orang lain itu malah memikirkan orang lain lagi.
Terkadang, kita membela habis2an, menyayangi segenap jiwa seseorang/sesuatu, tapi sebaliknya seseorang/sesuatu itu hanya menjadikan kita pilihan opsional saja.
Ingatlah nasehat lama itu, ditulis dibanyak buku, dikutip dibanyak tulisan: Kehidupan ini persis seperti menaiki sepeda, jika kita tidak bisa menjaga keseimbangan lagi, maka segeralah maju, bergerak ke tempat baru, karena jika terus memaksakan diri berhenti, cepat atau lambat kita akan terbalik.

*Tere Lije




Jadilah orang yang selalu memberikan kalimat2 positif, semangat untuk orang banyak. Maka semoga itulah yang akan mantul kembali kepada kita.

--Tere Liye




Tidak seperti papan tulis, coretannya bisa dihapus bersih. 
Coretan di hati tidak bisa dihapus bersih. Bahkan saat kita benar-benar lupa, coretan itu tetap ada (di hati orang lain, dan atau banyak orang lain).

-- Tere Liye





Terkadang cara membalas terbaik justru dengan tidak membalas.

--Tere Liye, novel "Ayahku bukan pembohong"




0 komentar:

Posting Komentar