BAGIKU IBU ADALAH TUHAN YANG TERLIHAT

                        

Malam itu pukul 22.00 WIB,  Dani  memandangi langit malam yang begitu indah, keindahan nya di sempurnakan oleh kedap kedip ribuan bintang yang sekan menggoda-nya dari atas sana, di tambah dengan senyuman indah yang di lemparkan oleh bulan kepada dani..ohh malam itu membuat indahnya langit begitu luar biasa, tapi entah mengapa keindahan itu tidak dapat dinikmati Dani nikmati dengan utuh, serasa ada yang kurang, yang membuat hatinya masih membelenggu,
Semua itu berawal saat sore tadi, di saat dani sedang bercengkrama dengan ibunya , di teras rumah mereka, disana adalah tempat favorit dani dan ibunya untuk bercengkrama, karna dari sana mereka dapat menikmati indahnya bungan asoka yang sedang bermekaran dan juga kolam ikan hias yang tidak terlalu besar menambah indahnya pemandanagn yang menemani oborolan obrolan mereka, suara suara air yang berasal dari kolam ikan tadi menjadi backsound dari percakapan mereka saat itu.
“Bu, aku mendapat tawaran kerja menjadi Staf IT di salah satu perusaan yang bergerak di bidang tambang” Dani membuka obrolan kepada Ibunya
Ibu lansung menatap kearah Dani dan terdiam sejenak setelah mendengar ucapan-anaknya barusan,
sebenarnya itu adalah kabar gembira menurut Dani, tetapi tidak menurut Ibunya. Ibu takut kalau dia keluar dari perusahaan tempatnya bekerja sekarang dan masuk ke perusahaan yang bari tersebut, dia malah tidak betah dan akhirnya menyesal karna meninggalkan perkerjaan yang sudah 2 tahun memberikan nya hidup
“trus bagaimana dengan pekerjaanmu sekarang?” jawab Ibu Dani dengan nada suara yang datar kepada Dani
Dani sekarang berkerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang telekomukasi di bandung, disini Dani bekerja sebagai costumer service, pekerjaan yang sangat bertolak belakang dengan hobi dan pendidikannya di masa kuliah dulu, karna Dani dulu kuliah di bidang pemograman dan jaringan computer,
“aku ingin mencari pengalaman baru.” Jawab Dani sambil menatap mata ibu dalam-dalam, bagaikan telaga yang terletak di puncak gunung singgalang, yang tak pernah kehilangan kasih,
 Dani adalah anak pertama dari empat bersaudara, untuk membesarkan dan mencukupi biaya sekolah Dani dan ketiga addiknya ,dulu ibunya harus membatu ayah yang hanya berfrofesi sebagai buruh pabrik untuk mencari nafkah, ibunya membuat gorengan yang di titip kan ke warung warung sekita tempat tinggalnya, dari Dani kecil dulu sampai Dani bisa bekerja dan mendapat penghasilan untuk membantu biaya sekolah adik nya, barulah Dani melarang ibu untuk berjualan, karna tudak mau melihat kondisi ibu yang makin lama makin memburuk karna penyakit paru-paru yang di derita ibunya.
“Semua terserah kepadamu, kau sudah dewasa sudah tau yang mana yang baik bagimu dan yang mana yang tidak” jawab ibu dengan suara datar, Dani bisa menilai kalau sebenarnya ibu ingin melarang nya meninggalkan pekerjaannya sekarang.
“tapi bu, kalau aku menerima tawaran ini aku akan memulai karir kerja ku dari nol lagi, tentu saja dengan gaji yang tidak seperti sekarang.”
“aku bingung bu, “ sambung ucapan Dani kepada ibu nya
“nak, di dalam hidup ini kadang kita harus merelakan sesuatu yang kita cinta,yang kita suka, demi sebuah tanggung jawab, apa yang akan terjadi kepada orang sekitar kita, kalau kita hanya mementingkan apa yang kita sukai, karna kebahagiaan itu tidak hanya berasal dari kesenangan diri kita sendiri nak, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa membuat banyak orang bahagia” jawab ibu sambil menatap mata Dani , berharap Dani mengerti apa yang di sampaikan nya barusan
Sejenak Dani terdiam, perkataan dari ibunya yang membuatnya berpikir jauh, menembus cakrawala,” apakah aku harus mengorbankan tawaran kerja ini? Pekerjaan yang sesuai dengan keahlianku, pekerjaan yang aku damba dambakan selama ini, apa aku harus mengorbankan nya karna tanggung jawab ku atas biaya sekolah dan kuliah dari ketiga adikku?” Dani bertanya Tanya di dalam hati, pertanyaan yang Dani sendiri yang tau jawan nya.
Dani berkata kepada ibunya “kalau memang menurut ibu aku harus menolak tawaran ini, aku akan mengikuti nya” sambil tersenyum kepada ibuku walaupun dengan masih ada rasa kecewa di hati
karna di dunia ini restu dari ibulah hal yang paling utama, hal yang akan menentukan baik atau buruk nya jalan yang kita tempuh, ibulah yang paling mengerti bagaimana diri kita,
di bawah langit malam Dani menghela nafas panjang seara perlahan dan menghembuskan nya, malam ini Dani tetapkan di dalam hati, bahwa hal yang paling utama di dalam hidup adalah kebahagiaan ibu, jika ibu sudah berkata tidak, mau bagaimanapun aku harus mengikutinya, begitu banyak pengorbanan yang telah di lakukan ibu untuk ku “dani berkata di dalam hati”, sampai aku bisa berdiri dengan gagah tanpa kekurangan satupun seperti saat sekarang ini.

Okky perdana putra
05-6-2014

21.00 WIB

1 komentar:

  1. Benar, ibu adalah tuhan yang nyata di dunia ini... Tetaplah jadi anak yg sholeh bro.. :)

    BalasHapus