Mendapatkan & Kebahagiaan

Apa yang kita inginkan? Seberapa banyak? Seberapa jauh lagi?

Jika kita menginginkan harta benda, maka seberapa banyak kekayaan yang kita inginkan? Seberapa jauh lagi kita akan tiba pada tujuannya? Atau jangan-jangan, itu hanyalah jalan tiada ujung. Tanpa akhir. Apakah tidak cukup gaji 60 juta per bulan untuk hidup cukup nan bahagia? Karena ternyata masih banyak juga yang korupsi dengan penghasilan sebesar itu. Merasa kurang hingga berbuat curang. Apakah tidak cukup gaji 200 juta per bulan untuk hidup tenang dan bersyukur? Karena ternyata tetap ada yang rakus mencuri hak orang lain dengan pendapatan semenakjubkan itu?

Dulu kita tidak memiliki apapun, hari ini kita memiliki banyak. Dulu kita hanya tergantung belas kasihan orang lain, semua mainan kita di masa kanak-kanak diperoleh dari orang lain, hari ini kita memiliki begitu banyak "mainan", bahkan lebih banyak dibanding orang lain. Tapi kenapa tetap tidak cukup? 100 tercapai, 1000 diinginkan. 1000 tercapai sejuta dibicarakan. Sejuta direngkuh satu milyar mulai terbayang. Lantas di mana akhirnya?

Jangan-jangan nasehat itu benar sekali: mendapatkan apa yang kita inginkan tidak selalu memiliki korelasi dengan kebahagiaan.

Apa yang kita inginkan? Masih seberapa banyak lagi akan kita kumpulkan? Seberapa jauh kita akan mencarinya?

Mau seberapa terkenal dan berkuasa yang kita inginkan? Mau seberapa keren dan oke yang kita dambakan? Jika sudah memiliki 1000 pengikut, apakah masih butuh sejuta? Jika sudah sejuta? Berapa lagi? Apakah kita selalu bicara tentang kurva menanjak? Langit adalah batasnya? Hidup penuh ambisi dan keinginan, untuk kemudian diganti lagi dengan ambisi dan keinginan baru. Tapi setelah melewati jalan melelahkan itu, apakah kita merasa bahagia? Apakah setelah memiliki semua keinginan kita, maka hati kita jadi lebih lapang, hati kita jadi lebih jernih, untuk kemudian duduk menatap sekitar, tersenyum, berbisik lembut, "Saya bahagia."

Entahlah.

Pun termasuk dalam urusan perasaan. Apakah itu cinta? Apakah itu keinginan memiliki seseorang? Apakah setelah memiliki perasaan cinta itu tetap sama? Atau hanya ilusi dan egoisme semata. Karena banyak kisah cinta yang berakhir suram. Kita memiliki hanya untuk menyadari bahwa kita tidak secinta itu. Ternyata bosan, pertengkaran dan hal2 kecil lainnya sudah cukup untuk meruntuhkannya. Jangan2 dengan tidak memiliki, perasaan itu akan jauh lebih indah dikenang.
Maka sungguh beruntung, orang2 yang memahami nasehat itu: memiliki apa yang kita inginkan, tidak selalu memiliki korelasi dengan kebahagiaan. Karena kadangkala hanya berakhir dengan kosong, senyap. Berakhir dengan perasaan yang tidak kita mengerti. Bukankah seharusnya kita bahagia? Tapi kenapa malah berakhir dengan kekecewaan. Kita mendapatkan apa yang kita inginkan, tapi kita tetap tidak senang?


sumber : https://www.facebook.com/notes/darwis-tere-liye/mendapatkan-kebahagiaan/754179994632571

0 komentar:

Posting Komentar